Rabu, 18 Desember 2013

Tahapan Untuk Menjadi Peneliti


Penjelasan :
1.  Case (Problem), level 1 - pada tahapan ini biasanya kita mendapatkan informasi mengenai masalah yang terjadi, biasanya untuk mendapatkan informasi ini terkadang kita bisa mendapatkan dari internet, koran, telelvisi ataupun radio. Problem ini, tergantung kita, apakah kita tertarik akan permasalahan yang terjadi  ? atau tidak, biasanya kalau kita tertarik dengan permasalahan yang terjadi dan ingin lebih dalam mengetahuinya, berarti kita bisa masuk ke level 2, tetapi jika tidak tertarik biasanya kita berhenti sampai di level 1.   Sebagai gambaran, umumnya orang-orang di level 1 ini belum ada passion untuk menjadi peneliti tersebut.
2.  Focus Research – Level 2, pada tahapan ini biasanya orang akan tertarik terhadap permasalahan yang ada dan ingin banyak mencari tahu kenapa hal ini bisa terjadi (proses penggalian dengan menggunakan konsep 5W + 2 H. Biasanya tahapan ini, seseorang akan  fokus terhadap permasalahan yang ada, tujuannya adalah agar penelitiannya tidak melebar atau menjadi bersifat general, atau kalau boleh saya artikan lebih spesifik, biasanya kaidah fokus yang umum digunakan adalah masalah harus bersifat SMART (Spesifik, Measurable, Attainable, Reasanable, Timeable).
Spesifik            : artinya fokus terhadap permasalahan, jangan terlalu general.
Measurable     : artinya bahwa penelitian yang kita ambil harus terukur , ada data-2
pendukung, khususnya berupa angka-2/ kuantitatif
Attaianable      : artinya menantang bagi peneliti untuk dilakukan penelitian, atau boleh
saya artikan passion
Reasonable      : artinya alasan apa/ atas dasar apa  kita mengambil penelitian ini
Timeable         : artinya penelitian ini harus ada jangka waktunya (sampai dengan selesai)
3. Metodology – Level 3, pada tahapan ini adalah dimana metodology penelitian apa yang akan kita gunakan , bisa observasi, wawancara, study literatur/ pustaka. Ataupun data-data yang dipakai bisa data-data bersifat primer (langsung dari sumbernya) ataupun data-data sekunder (tidak langsung dari sumbernya, contoh : internet, pustaka).
4. Supporting Data – Level 4, pada tahapan ini adalah pengumpulan data-data pendukung ataupun referensi-referensi yang kita gunakan sebagai data-data penelitian. Data-data ini nantinya disajikan dalam penelitian tersebut, tujuannya adalah agar pembaca bisa memahami bahwa permasalahan/ kejadian tersebut secara angka/ kuantitatif terjadi. Contoh : data-data serangan virus yang terjadi selama kurun waktu tahun 2012, data-data ini bisa didapatkan dari organisasi/ perusahaan/ komunitas terkait permasalahan yang ada, misalkan : symantec, microsoft, gartner, dll.
5.  Compiling (Writing) – Level 5, tahapan ini boleh dikatakan tahapan yang cukup susah, karena saya merasakan hal ini :), tahapan ini adalah dimana kita melakukan penulisan/ dokumentasi terhadap peneltian kita. Tujuannya adalah hasil penelitian kita terdokumentasi dengan baik (rapi baik secara tulisan ataupun metodology, data yg disajikan), sehingga para pembaca bisa membacanya dengan mudah dan memahami peneltian kita.
Segitiga Piramida – research merupakan kesimpulan yang saya buat terhadap bagaimana kita ingin menjadi peneliti , mulai dari kita hanya mengetahui informasi sampai dengan tahap dokumentasi , berdasarkan pengalaman saya selama ini.
Semoga bisa bermanfaat…

Pembawa reaksi kimia ke dunia maya raih Nobel



 http://img.antaranews.com/new/2013/10/ori/20131010nobel-kimia.jpg
Dari kiri ke kanan, Arieh Warshel (73), Michael Levitt (66), dan Martin Karplus (83). Mereka memenangkan hadiah Nobel kimia tahun 2013 atas kerja mereka dalam mengembangkan model komputer untuk sistem kimia kompleks. (www.nobelprize.org)

Stockholm (ANTARA News) - Tiga ilmuwan Amerika Serikat memenangkan hadiah Nobel kimia untuk kerja mereka dalam membawa kimia ke dunia maya melalui program komputer yang mensimulasikan proses kimia kompleks.

The Royal Swedish Academy of Sciences memberikan hadiah delapan juta crown Swedia atau sekitar 1,25 juta dolar AS kepada Martin Karplus, Michael Levitt dan Arieh Warshel.

Karplus, warga negara Amerika Serikat dan Austria, melakukan risetnya di the University of Strasbourg dan Harvard University dan Levitt, warga negara Amerika Serikat dan Inggris, melakukannya di Stanford University School of Medicine.

Sementara Warshel, warga negara Amerika Serikat dan Israel, adalah profesor di University of Southern California, Los Angeles.

The Royal Swedish Academy of Sciences menyebut kerja ketiga ilmuwan itu telah secara efektif membawa kimia ke dunia maya.

"Hari ini komputer sama pentingnya dengan satu perangkat tabung reaksi bagi para ahli kimia," demikian pernyataan The Royal Swedish Academy of Sciences seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Model komputer yang mencerminkan kejadian nyata telah menjadi sangat penting bagi banyak kemajuan di bidang kimia saat ini."

Reaksi kimia terjadi pada kecepatan cahaya seperti saat elektron meloncat di antara inti atom, membuat secara virtual tidak mungkin bisa memetakan setiap langkah dalam proses kimia yang melibatkan molekul besar seperti protein.

Model komputer kuat yang pertama kali dikembangkan oleh ketiga ilmuwan itu tahun 1970-an itu menawarkan jendela baru ke reaksi semacam itu dan telah menjadi andalan bagi para peneliti di ribuan institusi pendidikan dan industri di seluruh dunia.

Dalam rancangan untuk obat misalnya, para ilmuwan sekarang bisa menggunakan komputer untuk menghitung bagaimana obat percobaan akan bereaksi dengan target protein tertentu dalam tubuh lewat kerja interaksi atom.

"Bidang pemodelan komputer telah merevolusi bagaimana kita merancang obat baru dengan memungkinkan kita secara akurat memperkirakan perilaku protein," kata Dominic Tildesley, presiden terpilih Royal Society of Chemistry di Inggris.

Kemampuan untuk membuat model reaksi kimia juga tumbuh bersama perkembangan teknologi komputer.

"Ini telah merevolusi kimia," kata Kersti Hermansson, profesor kimia organik di Uppsala University tentang pemodelan komputer.

"Ketika Anda menyelesaikan persamaan di komputer, Anda mendapatkan informasi yang sangat detil sehingga hampir tidak mungkin untuk mendapatkannya dengan metode lain," katanya.

Jumat, 13 Desember 2013

Green With Chemistry

Penanaman Pohon oleh Dr. Rahmat Gunawan, M.Si

Penanaman oleh Ketua Himakim, M. Yogi Irawan

Para Mahasiswa baru bersiap-siap menanam pohon

Penanaman pohon oleh perwakilan alumni

Penanaman pohon oleh mahasiswa baru

Jumat, 06 Desember 2013

Syarat Lulus S1, S2, S3, Mahasiswa Harus Publikasi Makalah (Jurnal)


Syarat Lulus S1, S2, S3, Mahasiswa Harus Publikasi Makalah (Jurnal)

Syarat Lulus S1, S2, S3, Mahasiswa Harus Publikasi Makalah (Jurnal)
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran bernomor 152/E/T/2012 terkait publikasi karya ilmiah. Surat tertanggal 27 Januari 2012 ini ditujukan kepada Rektor/Ketua/Direktur PTN dan PTS seluruh Indonesia. Seperti dimuat dalam laman www.dikti.go.id, surat yang ditandatangani Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso itu memuat tiga poin yang menjadi syarat lulus bagi mahasiswa program S-1, S-2, dan S-3 untuk memublikasikan karya ilmiahnya.

Disebutkan bahwa saat ini jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan, hanya sepertujuh dari jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Malaysia. Oleh karena itu, ketentuan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah karya ilmiah di Indonesia. Apa saja bunyi ketentuan itu?

 
  1. Untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah.
  2. Untuk lulus program Magister harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti.
  3. Untuk lulus program Doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.

Ketentuan ini berlaku mulai kelulusan setelah Agustus 2012. Kompas.com menghubungi Dirjen Dikti Djoko Santoso dan berjanji akan memberikan penjelasan lebih jauh mengenai ketentuan ini pada hari ini, Jumat (3/2/2012).

Beberapa waktu lalu terungkap bahwa jurnal perguruan-perguruan tinggi Indonesia yang terindeks dalam basis data jurnal dan prosiding penelitian internasional, seperti Scopus dan Google Scholar, masih sangat rendah. Tak hanya karya ilmiah para mahasiswa, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Eky S Soeria Soemantri juga mengakui minimnya hasil penelitian para peneliti Indonesia yang dipublikasikan dalam jurnal penelitian internasional.

"Itu makanya para peneliti harus diberikan pelatihan agar memiliki kemahiran dalam menulis," kata Eky kepada Kompas.com, beberapa waktu lalu.
 
 

Alasan Mahasiswa Wajib Publikasi Makalah

 
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti Kemdikbud), Djoko Santoso menjelaskan mengapa seluruh mahasiswa (S-1, S-2, S-3) diwajibkan membuat dan memublikasikan tulisan karya ilmiahnya sebagai salah satu penentu kelulusan. Seperti diketahui, per 27 Januari 2012, Ditjen Dikti mengeluarkan surat edaran mengenai ketentuan tersebut. 
 
Djoko mengatakan, sebagai ahli, seorang sarjana harus memiliki kemampuan menulis secara ilmiah. Termasuk menguasai tata cara penulisan ilmiah yang baik. Setiap mahasiswa, lanjut Djoko, dapat menulis karya ilmiah baik dari rangkuman tugas, penelitian kecil, mau pun ringkasan dari skripsi yang dibuatnya.

Sarjana harus punya kemampuan menulis secara ilmiah. Apa saja yang ia pelajari selama kuliah, termasuk bisa juga ringkasan skripsi
-- Dirjen Dikti Djoko Santoso


"Sarjana harus punya kemampuan menulis secara ilmiah. Apa saja yang ia pelajari selama kuliah, termasuk bisa juga ringkasan skripsi," kata Djoko, Jumat (3/2/2012), saat ditemui Kompas.com, di Gedung Kemdikbud, Jakarta.

Alasan kedua, terangnya, ketika seorang sarjana telah mahir menulis ilmiah, ke depannya diharapkan tidak akan kesulitan ketika membuat karya ilmiah di jenjang selanjutnya. Djoko berharap, aturan ini dapat menciptakan kuantitas dan kualitas karya ilmiah yang dihasilkan oleh Indonesia.

"Nanti ketika lanjut ke Magister atau Doktor, kualitas tulisan ilmiahnya bisa meningkat, berwawasan global, dan bisa terbit di jurnal-jurnal internasional," ujarnya.

Alasan ketiga, aturan ini sengaja dibuat untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam hal membuat karya ilmiah. Berdasarkan data Kemdikbud, jumlah karya ilmiah yang dihasilkan perguruan tinggi Indonesia saat ini masih rendah, hanya sepertujuh jika dibandingkan dengan negara tetangga, Malaysia.

"Kita tertinggal jauh. Sehingga ini harus dipahami sangat mendesak. Karena jumlah karya ilmiah memiliki korelasi dengan pendapatan per kapita," kata Djoko.

Seperti termuat dalam surat edaran Ditjen Dikti, ketentuan itu berlaku bagi mahasiswa yang akan lulus setelah Agustus 2012. Ketentuan ini dibuat merespons rendahnya karya tulis ilmiah perguruan tinggi di Indonesia, yang hanya sepertujuh dari karya ilmiah perguruan tinggi di Malaysia.

Bagi mahasiswa S-1, untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah. Sementara, mahasiswa S-2 diharuskan menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti. Adapun mahasiswa program Doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.

Mengintip Bagaimana Cermin Dua Arah Bekerja


Mengintip Bagaimana Cermin Dua Arah Bekerja

Bagaimana cermin dua arah bekerja?
Bagaimana cermin dua arah bekerja?
SainsMe - Seringkali kita melihat di film-film khusunya pada adegan interogasi ada dua ruangan yang dibatasi oleh sebuah kaca, namun kaca tersebut hanya tembus pandang dari satu sisi saja, sedangkan sisi lainnya hanya melihat layaknya sebuah cermin. Kaca tersebut dinamakan cermin dua arah. Apa rahasianya sehingga satu sisi tembus pandang dan satu sisi memantul?
Rahasianya adalah salah satu sisi kaca ditutupi dengan lapisan reflektif yang sangat tipis, disebut dengan lapisan setengah perak. Lapisan tersebut membuat setengah dari cahaya yang datang ke cermin dua arah terpantul dan hanya meloloskan setengah dari cahaya yang datang sehingga tampak memantul.
Ketika di tempatkan diantara dua ruangan, cermin dua arah hanya dapat digunakan dalam kondisi tertentu, yaitu satu ruangan harus memiliki cahaya yang menyala terang dan ruangan lain harus dalam kondisi gelap. Hal ini dilakukan untuk memberikan tampilan cermin normal pada cermin di ruangan yang terang. Pada ruangan yang gelap akan dapat melihat tembus pandang dan melihat ruang lain secara sempurna karena tetap ada cahaya yang diteruskan oleh lapisan setengah perak dari ruangan yang terang.
Efek cermin dua arah akan hancur apabila kedua ruangan dalam kondisi terang karena permukaan kedua sisi cermin akan meneruskan cahaya, walaupun kecil, ke ruangan lain sehingga dapat terlihat tembus pandang dari kedua sisi.

Sabtu, 30 November 2013

Tahap-tahap Persiapan dan Penyusunan Skripsi


 
         Bagi anda yang sedang menyusun skripsi, hendak menghadapi skripsi atau ingin tahu bagaimana tahan persiapan dan penyusunan skripsi, ada baiknya simak postingan berikut ini. Jom!Kalau Anda beruntung, bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang terlibat dalam proyek penelitian dan Anda akan “ditarik” masuk ke dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi jauh lebih mudah dan (dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen pembimbing.
        Sayangnya, kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari awal. Jadi, persiapan sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Idealnya, skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu semester tersebut bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga menyusun proposal dan melakukan bimbingan informal.
       Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang mengandung unsur kekinian dan diterbitkan oleh jurnal yang terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa dipastikan skripsi Anda pun akan cukup berkualitas. Unsur kekinian juga perlu diperhatikan. Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih menarik, bahkan bagi dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas, penguji biasanya sudah “hafal di luar kepala” sehingga akan sangat mudah untuk menjatuhkan Anda pada ujian skripsi nantinya.
            Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir, biasanya mengacu pada referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya. Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi yang terbit tahun sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada melacak referensi yang bertahun 1970-1980.
Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal. Tentu saja proposal tidak selalu harus ditulis secara “baku”. Bisa saja ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi kemudian. Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan topik/judul kepada dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi indikator yang baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar berkomitmen untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
Hal-hal yang Perlu Dilakukan dalam menyusun skripsi :
Siapkan Diri.
Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda sendiri. Niatkan kepada Tuhan bahwa Anda ingin 
menulis skripsi. Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan dengan penuh kesungguhan dan harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan seberat apapun.
Minta Doa Restu.
Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota keluarga lainnya bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau Anda tinggal di kos, minta pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk membuat komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa menjatuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
Buat Time Table.
Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat planning yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda harus mendapatkan judul, kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga target waktu kapan skripsi harus sudah benar-benar selesai.
Berdayakan Internet.
Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda. Bahan-bahan aktual bisa ditemukan lewat Google Scholar atau melalui provider-provider komersial seperti EBSCO atau ProQuest.
Jadilah Proaktif.
Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu bersikaplah proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan, “mengejar” untuk bimbingan, dan seterusnya.
Be Flexible.
Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi anda sudah setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk mengganti topik. Tidak jarang dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Terkadang Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi dosen Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa sakit hati dengan hal-hal yang demikian itu.
Jujur.
Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu membuatkan skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi adalah buah tangan Anda sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan besar, sampaikan saja kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus, pastilah dengan senang hati ia akan membantu Anda.
Siapkan Duit.
Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak ada sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak, ongkos kirim kuesioner, ongkos untuk membeli suvenir bagi responden penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden, dan sebagainya. Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana. Ironis kan?

Inilah Nasib Ilmuwan dan Peneliti di Indonesia


           ketidakpedulian pemerintah terhadap kegiatan riset antara lain dibuktikan dengan rendahnya gaji profesor riset. Bahkan, gaji berikut tunjangan seorang profesor riset yang berada dalam pangkat tertinggi golongan IV/E masih lebih rendah daripada gaji guru sekolah dasar di Jakarta dan sekitarnya.
           Gaji pokok seorang profesor riset golongan IV/E di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), misalnya, saat ini Rp 3,6 juta per bulan. Gaji ini ditambah tunjangan peneliti Rp 1,6 juta per bulan. ”Jadi, total gaji yang saya terima Rp 5,2 juta per bulan,” kata Prof Dr Ir Jan Sopaheluwakan, MSc, pakar ilmu kebumian yang sudah bekerja sekitar 30 tahun di LIPI.
Pendapatan seorang profesor riset yang menduduki jabatan struktural sedikit lebih tinggi karena mendapatkan tunjangan jabatan Rp 3,2 juta per bulan.
”Gaji pokoknya sama, Rp 3,6 juta per bulan, dan tidak bisa naik lagi karena sudah berada dalam golongan pangkat tertinggi IV/E,” kata Prof Dr Ir Bambang Subiyanto, MAgr, pakar biomateria yang juga Kepala Pusat Inovasi LIPI, di Jakarta, Senin (24/10/2011).
Menurut peraih gelar PhD di Universitas Vrije Amsterdam Belanda ini, gaji profesor riset di LIPI sangat jomplang jika dibanding dengan profesor di perguruan tinggi negeri. Sebab, gaji profesor di PTN bisa mencapai Rp 14 juta.
“Sepertinya sistemnya itu sengaja gaji dibuat kecil, supanya sisanya cari sendiri,” keluh Jan.
Dia menambahkan, di Belanda, seorang profesor riset bisa digaji 8.000-9.00 Euro . Sedangkan di Jepang 60.000 hingga 70.000 Yen. Di Australia dalam setahun bisa mendapat 130.000-140.000 dollar Australia.
“Di Pakistan, gaji penelitinya malah 3 kali gaji menteri. Kalau di Korea, peneliti itu dianggap pahlawan. Para peneliti tidak mengikuti wajib militer. Kegiatan militer dianggap sebagai kegiatan bela negara, dan peneliti dianggap sama dengan pembela negara,” papar Jan.
Menristek Bilang “Terima Sajalah”

           Menteri Riset dan Teknologi meminta gaji peneliti yang dikabarkan lebih rendah dari gaji guru sekolah dasar tidak terlalu dipermasalahkan. Dia mengharapkan kesejahteraan peneliti akan meningkat seperti guru yang juga meningkat seiring waktu.
“Terima sajalah,” kata Menristek Gusti Muhammad Hatta seusai membuka International Seminar on Current Research Progress in Science and Technology di Hotel Novotel, Selasa (25/10/2011).
             Sambil berseloroh, Hatta malah berkata bahwa gaji menteri lebih rendah dibandingkan peneliti sambil menambahkan dia pernah menerima gaji Rp 12.000 pada tahun 1980-an. Namun, dia segera menjelaskan secara serius bahwa kesejahteraan peneliti akan diupayakan pemerintah meski bakal secara perlahan.
Pihaknya mengusulkan alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan peneliti dengan kerja sama penelitian yang nilainya besar sehingga kesejahteraan ikut terdongkrak. Dia pun mencontohkan guru yang semula tingkat kesejahteraannya miris kemudian membaik seiring waktu.
Ilmuwan Indonesia Diincar
            Perburuan terhadap ilmuwan-ilmuwan muda tersebut sangat agresif. Selain datang ke kampus-kampus di luar negeri dan berburu mahasiswa Indonesia yang sedang mengambil program doktoral, mereka juga datang ke sejumlah lembaga riset di Tanah Air. Mereka mengetahui, perhatian Pemerintah Indonesia terhadap ilmuwan dan peneliti sangat minim. Selain gaji kecil dan fasilitas penelitian sangat terbatas, peneliti juga sangat sulit mendapatkan hak paten atas penemuan yang sudah dilakukan. Mengetahui kelemahan ini, negara lain menawarkan fasilitas yang tidak diberikan oleh Pemerintah Indonesia. ”Perguruan tinggi di Malaysia sempat menawarkan gaji total (take home pay) 5.000 dollar AS (sekitar Rp 45 juta) per bulan,” kata Lukijanto, peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, di Jakarta, Sabtu (22/10). Tawaran itu disampaikan saat Lukijanto akan ujian akhir doktoral di bidang pesisir dan kelautan di Kyushu University, Jepang, tahun 2009. Sejumlah mahasiswa doktoral lainnya mengungkapkan hal yang sama, ditawari menjadi dosen atau peneliti di negara lain dengan fasilitas sangat memadai.
         Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Sukara mengatakan, gaji berikut tunjangan seorang profesor riset LIPI saat ini sekitar Rp 5 juta per bulan. Jumlah ini jauh dibandingkan dengan profesi yang sama di Amerika Serikat yang diberikan gaji sekitar Rp 90 juta per bulan atau di Jepang sekitar Rp 600 juta. Adapun di Pakistan, gaji ilmuwan terkemuka bisa tiga kali dari gaji seorang menteri.
Namun, selain gaji, yang sangat didambakan seorang peneliti adalah fasilitas riset yang memadai. ”Fasilitas ini yang sangat kurang di Indonesia,” kata Endang Sukara. Tak heran jika kemudian, pada tahun 1990-1992, ada 177 peneliti LIPI yang pindah ke swasta, instansi lain, dan keluar negeri.
Selain fasilitas penelitian yang kurang, untuk mendapatkan hak paten di Indonesia juga sangat sulit, berbelit-belit, dan lama, bisa sampai sembilan tahun. Padahal, paten adalah kebanggaan dan pengakuan terhadap peneliti sekaligus tambahan keuangan dari royalti yang dia dapatkan. ”Selama 2001-2010, paten milik 237 juta penduduk Indonesia hanya 115,” kata Nani Grace Berliana dari Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi LIPI.
                Perhatian pemerintah terhadap orang-orang cerdas dan berprestasi, termasuk ilmuwan dan peneliti, hingga saat ini masih minim. Sejumlah lomba penelitian digelar, tetapi tak jelas kelanjutannya. Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang diselenggarakan sejak 1969, atau 42 tahun lalu, misalnya, hingga saat ini para juaranya tak terlacak keberadaannya. Begitu pula para juara Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) yang memasuki tahun ke-10 dan Pemilihan Peneliti Muda Indonesia (PPMI), yang terakhir dilaksanakan 2009, tidak dipantau perkembangan prestasi para penelitinya. Belum lagi para juara olimpiade internasional. Memang sejak tahun 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan agar para juara olimpiade internasional difasilitasi untuk dapat kuliah hingga jenjang doktor. ”Kenyataannya, untuk mendapat beasiswa itu butuh waktu lama dan berbelit-belit sehingga banyak yang mencari beasiswa dari luar negeri,” kata Penasihat Tim Olimpiade Fisika Indonesia Yohanes Surya.
                 Bukan cuma perhatian yang kurang. Anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk kegiatan penelitian juga sangat kecil. Selama 1999-2007, anggaran penelitian hanya sekitar 0,3 persen dari APBN. Kecilnya anggaran ini menyebabkan dana penelitian harus dibagi-bagi untuk 62.995 orang yang bergerak di bidang penelitian, yakni peneliti, teknisi, dan staf pendukung. Anggaran yang tidak sebanding menyebabkan penelitian tidak bisa berlanjut. Penelitian harus ditunda beberapa tahun menunggu kucuran dana selanjutnya.
”Berbagai kendala ini, ditambah suasana lembaga penelitian yang tidak kondusif, menyebabkan peneliti-peneliti menerima tawaran dari luar negeri,” kata Fahmi Amhar, profesor Riset Geomatika di Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional.
            Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Marzan Aziz Iskandar mengatakan, negara sebenarnya bisa memanfaatkan orang-orang berprestasi tersebut asalkan diberikan kesempatan. Namun, sayangnya, kesempatan itu sangat kecil sehingga mereka memilih mengembangkan kemampuan di luar negeri.
Meski demikian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh mengatakan, pemerintah tidak bisa memaksa orang-orang berprestasi tersebut kembali ke Indonesia.
                  Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso juga tidak keberatan jika siswa-siswa berprestasi di Indonesia memilih bekerja di luar negeri. ”Namun, penerima beasiswa memang seharusnya pulang karena pendidikannya sudah dibiayai oleh pemerintah,” kata Djoko.
Namun, Djoko tidak sependapat jika keterbatasan sarana menjadi alasan kepindahan ke luar negeri. ”Keterbatasan sarana mestinya menjadi tantangan untuk tetap bekerja,” ujarnya.
Menurut data Kementerian Riset dan Teknologi, terdapat 20.000 peneliti yang ada di bawah kementerian dan 60.000 peneliti di bawah perguruan tinggi. (kompas/detik/mugiwara no nakama)
- See more at: http://lppm.narotama.ac.id/2013/05/14/inilah-nasib-ilmuwan-dan-peneliti-di-indonesia/#sthash.kNM8SXTx.dpuf

Optimasi Nanopartikel untuk Aplikasi Komersial


Nanopartikel saat ini banyak digunakan pada beragam produk komersial mulai dari katalis, media cat dan cairan magnetik, hingga kosmetik dan tabir surya. Suatu reviewterbaru dari peneliti di Swedia dan Spanyol mendeskripsikan hasil kerja terkini untuk optimasi sintesis, dispersi, dan fungsionalisasi permukaan titania (titanium dioksida), seng oksida, dan seria (serium oksida) — tiga nanopartikel utama yang digunakan pada fotokatalis, penghalau sinar UV (ultraviolet), dan tabir surya.Review mereka dipublikasikan pada 26 April 2013 di jurnal Science and Technology of Advanced Materials.
Dengan keberhasilan aplikasi komersial nanopartikel titania untuk kaca swabersih pada jendela di gedung-gedung bertingkat tinggi, kini ketertarikan untuk mengaplikasikan sistem fotokatalisis dan pelapis titania swabersih pada beragam material konstruksi semakin meningkat. Pelapisan ini tidak hanya melindungi permukaan gedung untuk tetap bersih tetapi juga dapat mengurangi konsentrasi polutan berbahaya di udara. Sifat anti-bakteri dari pelapis fotokatalis juga menjadi solusi untuk mengendalikan bakteria berbahaya yang persisten, yang merupakan karakter yang sangat berguna terutama bila digunakan di rumah sakit.
Sementara itu, pelapis yang memiliki karakter menyerap atau menangkal sinar UV saat ini memiliki dua pemanfaatan utama: sebagai pernis pelindung pada permukaan kayu, dan sebagai pelapis penghalang sinar UV pada permukaan produk maupun peralatan berbasis polimer untuk mencegah pelapukan.
Studi review tersebut menjelaskan secara struktural dan kimiawi apa saja yang diperlukan dan beragam rute yang dapat digunakan untuk memproduksi fotokatalis transparan serta pelapis dan tabir surya penghalau sinar UV berbasis nanopartikel. Penulis artikel tersebut mengulas metode utama untuk sintesis nanopartikel titania, seng oksida, dan seria, dengan berfokus pada riset terkini mengenai pembuatan serbuk nanopartikel yang tidak teraglomerasi (tidak menggumpal). Penulis juga mengidentifikasi senyawa aditif organik yang merupakan dispersan yang efektif dan mampu meningkatkan kecocokan antara nanopartikel anorganik dengan matriks organik.
Selanjutnya artikel ini mendiskusikan lebih jauh mengenai performa teknis dari nanopartikel, terutama kaitannya dengan keberadaannya di lingkungan. Mereka menyimpulkannya dengan menjelaskan prospek masa depan dari nanopartikel dan mengidentifikasi material terbaru yang menjanjikan, seperti pelapis yang multifungsi dan lembaran film hibrid.

Kamis, 14 November 2013

Kuliah Umum By Dr. Rudi Kartika, M.Si

Dr. Rudi Kartika menjelaskan tentang hasil penelitian S 3 nya tentang pemanfaatan bawang hutan sebagai anti kanker

Para peserta yang hadir meliputi mahasiwa kimia angkatan 2009,2010,2011,2012,dan 2013

Dr. Aman Sentosa Panggabean sebagai moderator pada acara kuliah umum tersebut

Dosen-dosen yang menghadiri kuliah umum Dr. Rudi Kartika, M.Si


Senin, 04 November 2013

Virus Flu Burung terbaru H7N9


Ditemukan Virus H7N9 yang Kebal Tamiflu



Kompas.com - Para ilmuwan di Cina mengidentifikasi kasus pertama penyakit flu burung H7N9 yang kebal obat Tamiflu, yang merupakan obat standar saat terjadinya wabah flu. 

Menurut BBC, sejauh ini terdapat 131 kasus flu "burung" baru pada manusia, dengan korban meninggal mencapai 36 orang. Dalam dua minggu terakhir tidak ditemukan adanya kasus baru.

Dalam laporan terbaru yang dimuat dalam edisi online The Lancet, 3 contoh virus yang diambil dari 14 pasien terinfeksi H7N9 yang dirawat di rumah sakit Shanghai, Cina, positif resisten pada obat Tamiflu. Ketiga pasien ini juga menderita penyakit yang parah, dua diantaranya emnigngal, dan yang ketiga masih menggunakan mesin ventilator.

"Kondisi ini harus dimonitor dengan hati-hati karena dikhawatirkan akan terjadi pandemi. Para petugas kesehatan harus menyiapkan rencana jika terjadi pandemi," kata ketua peneliti Dr.Zhenghong Yuan dari Shanghai Medical College of Fudan University, Cina, dan Dr.Malik Peiris dari Universitas Hong Kong.

Dari 14 pasien yang diteliti, para dokter terus memonitor perkembangan virus melalui contoh darah, feses, urin, dan lendir tenggorokan. Seluruh pasien mengalami komplikasi radang paru, dan 7 diantaranya harus menggunakan mesin ventilator agar cukup mendapat oksigen. 

Analisa virus menunjukkan tiga dari kasus terparah kebal terhadap obat-obatan flu, termasuk Tamiflu. Pasien yang responsif pada obat flu mengalami pemulihan lebih cepat. 

Pasien yang kebal pada Tamiflu tersebut diduga terinfeksi virus yang bermutasi. Satu orang pasien mengalami mutasi virus setelah diobati Tamiflu, sehingga H7N9 mungkin bermutasi karena pengaruh obat
.

Kimia Mencari Bakat On The Spot


Inilah beberapa foto dari kegiatan KIMIA MENCARI BAKAT

yang diselenggarakan oleh Dep. Minat dan Bakat

HIMAKIM 2013

Salah satu peserta, Monica dan Aden dari kimia 2010
Para Penonton acara KMB

Para Panitia ikutan nampil ni,,,,

Penampilan dance dari kimia 2012
Penampilan akustik dari kimia konsentrasi 2011

Penampilan akustik dari kimia 2011
The winner of KMB, 3 soloist dari kimia 2010
Penampilan dari Eunike Lois dan Arif budi dari kimia 010 dan 011

Jumat, 25 Oktober 2013

Sejarah Singkat Tentang FMIPA KIMIA Universitas Mulawarman




Universitas Mulawarman lahir dengan nama Perguruan Tinggi Mulawarman (Kalimantan Timur) dengan Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan. Kemudian diusulkan tambahan· Fakultas Pertambangan, Kehutanan, Pertanian, Ketatanegaraan, Ketataniagaan. Usulan itu diterima dan diterbitkan Keputusan Menteri tanggal 28 September 1962 No. 130, yang· kemudian diperkuat· oleh Keputusan Presiden· No. 65 tanggal 23 April 1963. Selama periode tahun 1962-1967, Fakultas yang operasional adalah Fakultas Ketetanegaraan dan Ketataniagaan· (kemudian menjadi Fakultas Sosial Politik dan Ekonomi ), Fakultas Kehutanan dan Fakultas Pertanian.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 66 Tahun 1982 tanggal 7 September 1982, Universitas Mulawarman bertambah menjadi· lima fakultas yaitu Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas kehutanan dan Fakultas Pertanian. Pada tanggal 27 Desember 2000 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pedidikan Nasional No. 237/0/2000 di buka· Fakultas· Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Pada tahun 2001, FMIPA (FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM) Universitas Mulawarman didirikan sebagai upaya untuk mempersiapkan generasi muda· untuk· menguasai dan mengembangkan IPTEK bagi kepentingan· pengelolaan sumber daya· alam dan lingkungan bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan dibukanya· FMIPA diharapkan· peranan Universitas Mulawarman akan· menjadi lebih penting untuk menyiapkan manusia yang bermutu tinggi, sadar akan IPTEK sehingga sanggup memelihara kelangsungan pemanfaatan sumber daya alam yang ada dan mampu mengurangi ketergantungan impor IPTEK dari negara maju.

Upaya ini telah mendapat persetujuan dari· Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi No. 2811/D/T/2001 tanggal 30 Agustus 2001· untuk· Program Studi Biologi, Program Studi· Ilmu Kimia, Program Studi Fisika, Program Studi Ilmu Statistika dan No. 386/D/T/2004· tanggal 21 September 2004 untuk Program Studi Ilmu Komputer. Pada tahun 2006, dengan· SK· No. 109/OT/2006· tanggal· 3 Mei· 2006,· secara resmi· ditetapkan menjadi suatu fakultas definitif di lingkungan Universitas· Mulawarman.

Berdasarkan atas Visi Universitas Mulawarman yakni sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertumpu pada hutan tropika basah dan kenyataan letaknya berada di Pusat Pengembangan Industri· Kehutanan, MIGAS, Pertambangan, Perkebunan dan Lingkungan Perairannya, maka kekhususan FMIPA Unmul adalah:
  1.  Kimia (Kimia Fisik, Kimia Organik, Kimia Anorganik, Kimia Analitik dan Biokimia).
  2.  Fisika (Teori dan Material, Elektronika dan Instrumentasi, Komputasi dan Permodelan, Fisika Medis,· Geofisika dan Oceanografi ).
  3.  Biologi (Biologi· Lingkungan dan Bioindustri).
  4. Statistika (Statistika Komputasi).
  5.  Ilmu Komputer (Rekayasa Software· dan Sistem Informasi).